Basilika Santo Fransiskus Assisi
Basilika Santo Fransiskus Assisi, dibangun atas perintah dari Paus Gregorius IX. Peristiwa ini terjadi satu hari setelah Fransiskus Assisi dikanonisasi, pada tanggal 16 juli 1228. Saudara Elias yang dipercaya oleh Paus menjadi arsitek pembangunan basilika ini yang selesai dan diberkati pada tanggal 24 mei 1230. Pemberkatan basilika ini sekaligus Bersama dengan perarakan jezanah santo Fransiskus dari makam awal di dalam gereja san Giorgio, Assisi ke basilika yang baru selesai ini. Paus menyatakan bahwa Basilika Santo Fransiskus Assisi adalah kepala dan ibu (Caput et matrem) dari Ordo Saudara Dina.
Di dalam basilika ini kemudian tersimpan banyak karya seni Lukis dari para maha karya di setiap abadnya. Mulai dari maestro Francescano, Giotto, Pietro Lorenzetti, Dono Doni dan masih banyak lagi. Di dalam basilika ini juga terdapat makam para pengikut santo Fransiskus dan para kardinal dan bangsawan yang berjasa dan berdevosi kepada santo Fransiskus Assisi. Di dalam basilika ini juga terdapat relikwi kerudung bunda Maria.
Relikwi kerudung Bunda Maria
Relikwi kerudung Bunda Maria di dalam Basilika Santo Fransiskus Assisi menurut Saudara Felice Autieri OFMConv, sudah ada dari tahun 1320 yang dipersembahkan oleh Tommaso Orsini bangsawan dari Manopello, Italia. Dikisahkan oleh seorang ahli sejarah Antonio Cristofani bahwa relikwi ini dipersembahkan oleh pengusasa Damskus Sayf al-Din Tanqis al-Nasiei yang pada waktu itu telah mengambilnya dari seseorang yang tidak dikenal dari gereja di Yerusalem. Ketika Kembali ke Italia dan diserang oleh penyakit, Tommaso Orsini bernazar kepada Santo Fransiskus bahwa jika dia mengalami mukjizat kesembuhan akan mempersembahkan relikwi ini kepada saudara-saudara fransiskan di Sacro Convento, basilika Santo Fransiskus Assisi. Atas alasan ini diceritakan oleh Cristofani bahwa pada tanggal 11 maret 1320 di depan altar makam santo Fransiskus dipersembahkan dan dihormati relikwi tersebut.
Relikwi ini dijadikan oleh penduduk Assisi sebagai rahmat besar dan tumbuhlah devosi kepada Kerudung bunda Maria yang begitu bernilai ini. Setiap kali kota Assisi dilanda mara bahaya dan penyakit yang berbahaya para penduduk senantisa berdoa dan memperoleh berkat lewat devosi kepada relikwi ini.
Dalam catatan sejarah pada peristiwa wabah yang melanda wilayah Umbria pada tahun 1362, saudara-saudara fransiskan dari Sacro Convento, membawa relikwi ini dalam prosesi bersama penduduk diiringi doa-doa, untuk memohon pembebasan dari wabah dan keselamatan kota. Tradisi lain setiap kali selesai prosesi dilangsungkan berkat melalui pengantaraan relikwi dari atas kubah bagian luar basilika superior (atas) oleh Kustos (Pelayan utama) Sacro Convento bagi semua umat yang hadir.
Pengalaman Mistik santo Yosef Copertino
Santo Yosef Copertino, tinggal di sacro convento beberapa tahun, dan sangat berdevosi kepada relikwi kerudung bunda Maria. Yosef Copertino selalu mengalami ekstasi Ketika melihat relikwi ini. Sumber-sejarah mencatat pada tanggal 2 juli 1646 ketika selesai prosesi meriah, seorang saudara sakristan, saudara Ludovico memanggil santo Yosef Copertino mengetahui kerinduannya untuk dapat menghormati relikwi. Dan sungguh, ketika santo Yosef Copertino mencium kerudung dengan rasa devosi yang sangat mendalam maka tampaklah olehnya sang Santo terangkat sampai ke pertengahan dari ruang saktristi.
Kesaksian lain dicatat bahwa pada tahun berikutnya seturut pengalaman Ottavio Aromatari ketika santo Yosef Copertino diundang Kembali secara personal untuk menghormati Kerudung. Setelah selesai berdoa dan mencium kerudung, terbukalah mulut sang Santo dan hanya mengucapkan doa Salam Maria dan kemudian terdorong sekitar delapan langkah ke belakang dan seketika itu juga sang Santo terangkat.
Pengenalan dan penelitian relikwi kerudung bunda Maria
Relikwi yang awal ini disimpan dalam inventaris pada tahun 1430; dan selanjutnya dipindahkan ke tempat yang sekarang atas kehendak dari Kardinal Alessandro Peretti, Ketika keluarga Camilla telah mempersembahkan satu kapel Santo Yohanes Pembaptis di dalam basilika Santo Fransiskus Assisi, pada tahun 1604 agar bisa disimpan dengan lebih baik.
Kerudung ini telah menjadi objek studi dari para ahli kain, sebagaimana dihasilkan yang menyatakan bahwa tenunannya kuno dan terbuat dari bisus, sejenis sutera laut alami yang diperoleh dari filamen yang dikeluarkan beberapa moluska kerang ketika mereka menempel pada batu. Nah, pembuatannya dikembangkan di kawasan Mediterania, sedangkan karena mahalnya biaya produksi, kerudung jenis ini banyak digunakan oleh wanita-wanita dari garis keturunan tinggi, yang sering dipamerkan oleh istri-istri tokoh berpengaruh di masyarakat saat itu.
Dengan demikian kesalehan popular sebagaimana tradisi historis mempersembahkan devosi kepada “Kerudung Bunda Maria” yang terdapat di basilika inferior santo Fransiskus Assisi. Umat beriman dan para peziarah dapat berdoa dan menghormati relikwi kerudung bunda Maria ini dua kali setahun yakni pada 15 Agustus saat merayakan hari raya Maria diangkat ke Surga dan pada 8 desember pada perayaan Maria dikandung tanpa noda dosa.
Bagian kecil relikwi ada di Indonesia
Beberapa waktu lalu, melaui P. Salvatore Sabato, OFMConv, yang memohon kepada Kustos di Sacro Convento agar bagian kecil dari relikwi ini dipersembahkan kepada gereja Katedral Santa Perawan Maria diangkat ke surga, Jakarta. Pada saat konsistori di Vatikan 28 agustus 2022, P. Salvatore Sabato OFMConv menyerahkan relikwi ini kepada Kardinal Ignatius Suharyo. Relikwi kerudung bunda Maria ini kemudian diletakkan untuk dihormati di dalam gereja katedral Jakarta. Semoga devosi melalui bunda Maria semakin memperteguh iman umat beriman kepada Allah yang hadir melalui hambanya yang setia. Bunda Maria menjadi teladan dan model iman bagi umat beriman dalam mengikuti Yesus.
Sumber.
Basilica di San Francesco in Assisi (sanfrancescoassisi.org)